SELAMAT DATANG DI BLOG AHDA MUTHAHHARI | KEEP IT SMART AND SIMPLE | AMETIS EKABSOSPOLOVE | 2009

Selasa, 23 Juni 2009

NILAI KOLEKTIVISME BANGSA DITENGAH ARUS GLOBAL

Individualisme, keunikan, dan kemandirian merupakan nilai-nilai yang umum dianut budaya global. Mereka mengagumi orang yang berani mengambil tindakan, menghargai mereka yang memiliki kepercayaan diri, dan bangga akan pendekatan logisnya. Sedangkan, akar budaya bangsa lebih menekankan kolektivitas, keharmonisan, dan keserasian. Melihat diri mereka terkait dengan orang lain, dan mereka menghargai orang-orang yang menunjukan pengendalian diri dan membangun ikatan dengan orang lain.

Masing-masing dari kedua sistem nilai ini menawarkan manfaat yang sangat besar, tetapi jika berdiri sendiri nilai itu justru bisa merupakan batasan. Karena kita menyadari pengaruh total keduanya terhadap pikiran dan perbuatan kita, nilai-nilai itu akan menjadi balok-balok penghalang untuk mencapai kapabilitas total kita.
Pernahkah kita menyadari, ketika hampir seluruh prilaku kita, keluarga, saudara, karib-kerabat, atau siapa saja yang berada di sekitar kita melakukan suatu hal dan trend yang sama dalam satu waktu bersamaan. Seolah mereka memiliki intuisi seirama yang mengiring mereka untuk melakukan dan sekaligus meramu cara pandang yang sama terhadap lingkungan di sekitar mereka. Lihat, mengapa hampir seluruh Mahasiswa ataupun Mahasiswi di kampus, menggunakan celana Jeans pada saat yang bersamaan, bilamana kita meluangkan waktu untuk menyadari hal-hal kecil tersebut. Tentunya aneh, bahwa hal tersebut dipicu oleh kesepakatan bersama. kita juga tentunya mengenal iPod atau alat pemutar musik mp3 player lainnya, mengapa kita tidak berpikir bahwa gadget-gadget tersebut sudah tidak asing lagi. Sementara handphone yang kita gunakan pada umumnya, hampir semua membenamkan mp3 player sebagai media tambahan selain telepon dan SMS (Short Message System). Terpikirkan jugakah, mengapa orang-orang senang menghabiskan waktu di Starbucks Coffee atau J’Co Donnut yang lebih terkesan sangat bergaya Barat. Padahal, secangkir kopi racikan Starbucks Coffee di Negara asalnya di Seatle, Amerika Serikat, lebih mahal enam sampai delapan kali dari harga racikan kopi di pinggir jalan di Amerika Serikat yaitu $. 50 sen1 .
Tentu juga kita mengenal situs jaringan sosial yang sedang trend-trend-nya saat ini yaitu Facebook. Situs ini, tanpa disadari telah menjaring banyak orang di dunia khususnya Indonesia. Mulai dari kalangan dewasa, remaja, anak-anak, rakyat golongan atas maupun kelas bawah, kaum elit ataupun biasa tergila-gila dengan namanya facebook. Mereka seakan terhipnotis dan dikendalikan oleh sebuah kekuatan “maya” yang tak terlihat. Nah, Tidak kah sekarang ini, setelah beberapa fakta dihadirkan kepada kita memancing kita untuk bertanya lebih jauh lagi?.
Inilah Globalisasi, mempengaruhi hampir semua aspek yang ada di masyarakat. Sehingga trend-trend baru berevolusi dan membudaya, ibarat virus yang tidak ada obatnya.
Berdasarkan situasi itulah maka kami berupaya menunjukan berbagai mutiara hikmah dan juga kerikil-kerikil tajam berbahaya yang mungkin saja terjadi antara keduanya (Globalisasi dan Budaya) -yang selaras maupun bertolak belakang- terdapat sekaligus pandangan kolektivisme dalam keseharian prilaku kita.

Bersambung

Komentar :

ada 0 komentar ke “NILAI KOLEKTIVISME BANGSA DITENGAH ARUS GLOBAL”
:)) :)] ;)) ;;) :D ;) :p :(( :) :( :X =(( :-o :-/ :-* :| 8-} ~x( :-t b-( :-L x( =))

Posting Komentar

Ketika Cinta Bertasbih

BujanG KostAn