Islam adalah dienulllah, yang terlahir melalui staff para rasul-Nya, disampaikan dengan rantai wahyu ketuhan-Nya, termaktub dalam susunan kitab-kitab suci-Nya. Dialah –islam- yang mengantarkan umatnya ke mahligai surga, menuntun manusia menuju reputasi dunia, dan merangkum pahala sebagai mata uang transaksi akhiratnya.
Manusia sebagai pengemudi kendaraan dibumi Allah, dengan segala fenomena hidup yang dilalui harus bisa berupaya tetap dan terus melaju di sircuit dunia. Sekali-kali manusia melenceng dari sicuit ini akan menyebabkan jalannya tidak stabil dan akan menjerumuskan dirinya dalam jurang juram yang telah siap menanti korban hidup “kematian”.
Hidup ini penuh lorong warna-warni. Beragam corak hidup pasti akan dilalui. Senang, sedih, riang, gempita, kaya, miskin, sederhana dan nestapa. Manusia harus tetap bertahan selama roh kehidupan masih membalut darah dan urat nadi. Ini adalah hutang yang belum terbayar, dibayarpun tak akan terlunaskan. Karena hidup adalah mahal dan mesti dipertanggungjawabkan.
Kita sudah bernafas semenjak kita belum terlahir kedunia, sudah berbicara dengan bahasa keilahian yang masih terbalut sorban suci. Gerak-gerik kita telah diatur dalam bentuk scenario yang akan diputar diroda bumi. Namun mampukah kita merobah jalan itu?, sedangkan kita harus menepati janji semenjak masih dirahim penciptaan?. Maka sadarkan hati ini kembali untuk tetap bersinar menerangi jasad yang mulai suram, jalan yang ditempuh mulai tertupi kabut asap berawan. Membuat matapun perih dan kelilipan. Maka berusahalah agar tubuh hina dina ini untuk refresh kepemakaran sebelum suratan takdir dibacakan dengan suara kematian.
Ahda Muthahhari
Manusia sebagai pengemudi kendaraan dibumi Allah, dengan segala fenomena hidup yang dilalui harus bisa berupaya tetap dan terus melaju di sircuit dunia. Sekali-kali manusia melenceng dari sicuit ini akan menyebabkan jalannya tidak stabil dan akan menjerumuskan dirinya dalam jurang juram yang telah siap menanti korban hidup “kematian”.
Hidup ini penuh lorong warna-warni. Beragam corak hidup pasti akan dilalui. Senang, sedih, riang, gempita, kaya, miskin, sederhana dan nestapa. Manusia harus tetap bertahan selama roh kehidupan masih membalut darah dan urat nadi. Ini adalah hutang yang belum terbayar, dibayarpun tak akan terlunaskan. Karena hidup adalah mahal dan mesti dipertanggungjawabkan.
Kita sudah bernafas semenjak kita belum terlahir kedunia, sudah berbicara dengan bahasa keilahian yang masih terbalut sorban suci. Gerak-gerik kita telah diatur dalam bentuk scenario yang akan diputar diroda bumi. Namun mampukah kita merobah jalan itu?, sedangkan kita harus menepati janji semenjak masih dirahim penciptaan?. Maka sadarkan hati ini kembali untuk tetap bersinar menerangi jasad yang mulai suram, jalan yang ditempuh mulai tertupi kabut asap berawan. Membuat matapun perih dan kelilipan. Maka berusahalah agar tubuh hina dina ini untuk refresh kepemakaran sebelum suratan takdir dibacakan dengan suara kematian.
Komentar :
Posting Komentar